Desa Sumberejo berdiri sekitar tahun 1876 dan didirikan oleh pasangan Mbah Ganeyo dan Nyai Ganeyo. Sejarah desa ini sangat erat kaitannya dengan keberadaan sebuah sumber air besar yang tidak pernah kering, dikenal masyarakat dengan sebutan Ngobalan atau Ngumbul. Sumber air yang terletak di Dusun Krajan dekat balai desa tersebut menjadi asal-usul penamaan desa.
Nama Sumberejo berasal dari dua kata, yaitu sumber yang merujuk pada mata air abadi tersebut, dan rejo yang dalam bahasa Jawa berarti ramai, subur, atau makmur. Gabungan kedua kata ini mencerminkan doa dan harapan agar desa senantiasa hidup makmur dan subur berkat limpahan sumber daya airnya.
Sumber air Ngobalan/Ngumbul juga menyimpan kisah mistis yang dipercayai warga. Konon, mata air itu keluar dari sebuah kentheng (batu besar berongga atau gua) dan diyakini memiliki hubungan dengan Goa Giri, sebuah tempat di sekitar wilayah yang sarat cerita spiritual.
Secara geografis, Desa Sumberejo memiliki luas wilayah sekitar 13,09 km² atau 10,13% dari total Kecamatan Japah. Wilayahnya didominasi hutan dan lahan pertanian, sehingga sebagian besar penduduk menggantungkan hidup sebagai petani dan blandhong (penebang kayu jati). Sebagian lainnya berprofesi sebagai pedagang maupun Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Demografi Desa Sumberejo
Berdasarkan data BPS tahun 2023:
-
Jumlah penduduk: 1.173 jiwa, terdiri dari 593 laki-laki dan 580 perempuan .
-
Kepadatan penduduk: sekitar 90 jiwa/km², termasuk salah satu yang terendah di Kecamatan Japah.
-
Rasio jenis kelamin: 102,24, artinya jumlah laki-laki sedikit lebih banyak dibandingkan perempuan.
-
Jumlah RT/RW: Desa ini memiliki 2 RW dan 7 RT.
Hingga kini, Desa Sumberejo tetap dikenal sebagai desa agraris dengan sumber daya alam yang kuat, tradisi yang kental, serta kehidupan masyarakat yang sederhana, berakar pada potensi hutan dan pertanian yang menjadi penopang utama perekonomian warga.